Site Overlay

Ancaman untuk Kolaborasi Huawei-Leica

 

Huawei dan Leica adalah dua merek yang berkolaborasi untuk mengembangkan standar baru kamera ponsel, menuai sukses dengan inisiatif P9 hingga seri terbaru yaitu P30 Pro. Namun melihat perkembangan terkini di China, besar kemungkinan koalisi itu dalam masalah…serius.

Bukan, ini bukan masalah dari sisi Huawei. Huawei baik-baik saja kok. Everything’s fine.

Iya kan?

Sebelumnya mari kita ikuti sebuah kisah yang dimulai dari sebuah tagar. Iya, tagar alias hashtag. Hashtag #LeicaTheHunt yang menjadi kampanye merek kamera asal Jerman itu untuk menonjolkan adrenalin dan kebanggaan dari profesi jurnalis foto.

Adalah sebuah video yang berdurasi  4 menit 59 detik atau pakai gaya dagang ponsel: empat menitan. Judulnya Leica “The Hunt” menampilkan kiprah para pewarta foto dari berbagai konflik manusia di dunia. Dari Afrika, Timur Tengah, dan Asia.

Saya menyertakan tautan ke video tersebut di Youtube, rupanya tanggal 19 April malam sudah di-take down oleh pemiliknya.

https://youtu.be/eNX2GmF6Zbw

https://youtu.be/KMiZCHOJfOo

(maaf, saya menggunakan video dari akun re-uploader)

Pesan dari video ini sebetulnya cukup sederhana: para pewarta foto ini mengadu nasibnya demi mengabadikan bab kelam dari manusia, menjadi mata untuk orang kebanyakan. Tentu kisah ini mengambil setting jauh sebelum IG Live atau era medsos lainnya.

Penggambaran resiko nyawa itu cukup detail. Ada yang sedang mengambil gambar di tengah hujan peluru di padang pasir, ada juga yang ditodong oleh panglima perang di hutan, dan ada yang mengendap-endap di tengah salju.

Aman kan harusnya? Trus hubungannya dengan Huawei apa? Sabar.

Kisah-kisah tersebut digambarkan dalam bentuk potongan, sebuah pelengkap dari plot utama dari sebuah hotel di Beijing pada tahun 1989. China… 1989… Peristiwa Demonstrasi Lapangan Tiananmen jawabannya.

Ada begitu banyak referensi soal insiden ini, dan yang paling ikonik tentu adalah foto Tank Man (bukan bagian dari Marvel Cinematic Universe)  atau orang yang menghadang kawanan tank yang diutus untuk “mengendalikan keadaan”. Foto ini sungguh ikonik dan mendatangkan perhatian dunia serta tekanan kepada China untuk memperhatikan Hak Asasi Manusia (HAM).

Kembali lagi ke video tersebut, ingatan kita akan Unjuk Rasa Lapangan Tiananmen langsung diasosiasikan dalam adegan fotografer yang kamar hotelnya digeledah oleh aparat di China dan seluruh rol filmnya dirusak.

Jangan tanya kenapa tidak disimpan di Google Photos. Just don’t.

Adegan klimaks dari video ini tentu adalah pewarta foto tadi berhasil menyelundupkan kamera yang bisa dipakai dan ada rol film di dalamnya. Berlari menghindari kejaran aparat dan memotret dari balik jendela sementara kita mendengar teriakan dalam bahasa mandarin di latar belakang serta gedoran di pintu.

 

Potongan gambar dari video Leica “The Hunt”

Kita hanya bisa melihat pantulan Tank Man dari moncong lensa kamera tersebut. Video pun ditutup dengan suara pelepas rana (shutter) yang mengambil gambar.  Dan buat adek-adek, penggambaran itu pasti meninggalkan kesan bahwa hanya orang berani saja yang bisa menjadi pewarta foto. Dan mereka pasti akan mengidolakan profesi tersebut.

Disclaimer: emang.

Video tersebut rupanya memancing keributan di China. Penggambaran tersebut diprotes oleh pemerintah yang sedang membangun image yang positif di dunia karena mereka ingin bekerja sama dengan negara-negara lain, salah satunya lewat Belt and Road Initiative… Dan menguasai dunia kalau sempat.

Akibatnya cukup serius, nama “Leica” kini masuk dalam daftar cekal dari mesin sensor. Kalau ada yang menyebutnya di Weibo (medsos yang marak dipakai di China), postingan itu langsung di take down.

Kok bisa? Memang bisa. Karena China selain punya Great Wall, mereka juga punya Great Firewall. Artinya ada kuasa dari pusat akan aktivitas internet warganya.

Contoh: coba unggah gambar Winnie the Pooh di sana, pasti langsung lenyap postingannya. Karakter beruang madu itu kerap dipakai sebagai perumpamaan saat membicarakan orang nomor satu di China yakni Xi Jinping. Dan pemerintah tidak suka hal tersebut.

Dengan masuknya nama Leica dalam daftar sensor tersebut, akun medsos resminya kebanjiran komentar negatif. Seperti dilaporkan oleh South China Morning Post.

Bila dibahasakan, beberapa komentar itu seperti berkata “kowe iki edan po piye?” karena tidak percaya bahwa Leica bakal membuat move PR yang dianggap bunuh diri. Sekadar catatan, peristiwa Tiananmen itu terjadi pada bulan Mei 1989, ini artinya Mei depan adalah peringatan 30 tahun peristiwa tersebut. Tentu saja hal itu adalah aib yang ingin ditutupi sebisa mungkin oleh pemerintah China.

Komentar saya juga sama: “Kowe iki edan po piye?”

Leica pun mengambil langkah penyelamatan diri, salah satunya dengan menyatakan bahwa video tersebut bukanlah video resmi. Mereka meminta maaf dan menyatakan bahwa video tersebut tidak mewakili sikap resmi perusahaan.

Pernyataan resmi dari perwakilan Leica

Langkah tersebut juga mengundang kecaman karena Leica dianggap “cuci tangan”.

Hingga kini belum diketahui efektivitas dari pernyataan tersebut. Boleh dibilang Leica sedang menghadapi masalah besar di China.

Mari berdoa semoga hasilnya akan baik untuk merek kamera tersebut.

Sekian.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Eh masih nungguin soal Huawei?

Jadi begini. Di tengah protes konsumen terhadap video Leica itu, ada yang mengingatkan bahwa sanksi sensor ini bisa membahayakan kolaborasi dengan merek Huawei yang jadi penguasa pasar China.

Tangkapan layar dari artikel South China Morning Post https://www.google.com/amp/s/amp.scmp.com/news/china/politics/article/3006817/leica-camera-backs-away-promotional-video-depicting-tiananmen

Berlebihan? Saya rasa tidak. Sanksi dari pemerintah China tentu akan memberikan tekanan yang berat kepada dua perusahaan ini. Sebagai perusahaan yang lahir dari Shenzhen, mereka akan mendapatkan banyak masalah bila kolaborasi dengan perusahaan yang dicap negatif oleh pemerintah dilanjutkan. Kebanggaan sebagai “karya anak bangsa” dan sentimen “nasionalisme dengan produk lokal” akan tercederai bila merek yang berkolaborasi ternyata diblokir di Weibo.

Saya yakin petinggi di Huawei tengah mumet dengan dilema ini. Kasus tersebut adalah peluru yang bisa dimanfaatkan kompetitor yang bernafsu menumbangkan dominasi perusahaan berlogo kipas merah.

Bila krisis ini tidak kunjung usai, bisa jadi masa depan hubungan Huawei dan Leica akan suram di masa mendatang. Apakah kita masih bisa melihatnya dalam seri Mate 30 Pro atau cukup sudah, tinggal seri P30 Pro saja?

Sekian. Suer dah abis.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *