Site Overlay

BBM Pensiun Akhirnya

Saya cuma bisa kaget melihat posting beberapa teman di media sosial malam ini, Kamis (18/4/2019). Mereka mengunggah tangkapan layar berisi pesan bahwa layanan BBM atau dulu dikenal dengan Blackberry Messenger akan dihentikan.

Hah?!

Segera saya buka aplikasi BBM (kebetulan fungsi push notification absen atau jangan-jangan memang tidak ada pesan dari kontak saya) . Dan pesan resmi itu pun masuk. Benar rupanya, BBM akan dihentikan per 31 Mei 2019.

Pengumuman yang muncul di layar depan BBM berisi informasi pengakhiran layanan BBM.

Keterangan resmi sudah mereka siapkan di laman dan bisa dibaca lebih lengkap. Ada beberapa informasi menarik yang bisa dirangkum dari pesan perpisahan tersebut:

TIGA TAHUN adalah masa yang dimiliki inisiatif BBM yang dikelola oleh Emtek yang notabene perusahaan Indonesia. BBM menjadi brand aplikasi tanah air setelah lisensinya diboyong ke Indonesia dan berusaha diperkuat bermodal pengguna tradisional yang bisa dikonversi lebih lanjut. Ini adalah pelajaran berharga untuk semua: zaman berganti, habit berganti, konsumen pun berubah, cara perusahaan pun harus mengikuti.

PENGGUNA BARU SERET dalam salah satu paragraf, meski tim BBM menyatakan optimismenya terhadap kerja keras dan tim yang sudah dibentuk, mereka tidak berdaya untuk meraih pengguna baru. Pada saat yang sama, pengguna tradisional berguguran berganti platform.

Beratnya user acquisition.

Pelajaran yang saya tarik dari pengalaman ini: mempertahankan pengguna yang ada dan mencari pengguna baru adalah perjuangan yang harus dilakoni secara serius dan berimbang. Bagaimana terlihat memikat untuk pengguna baru tapi pada saat yang sama juga meyakinkan untuk pengguna lama untuk terus tinggal.

JADI RELEVAN ATAU TINGGAL SEJARAH karena menurut saya ada alinea yang paling heartbreaking saat tim menyatakan ucapan perpisahan kepada para pengguna dan mitra. Hanya satu harapan yang tersisa: dikenang sebagai bagian dari sejarah layanan messaging.

Bagian dari sejarah

Moral cerita yang bisa saya tarik dari penggalan teks ini adalah: apakah kita ingin dikenang sebagai bagian dari sejarah atau ingin terus menciptakan sejarah. Mungkin ini nasib bagi perusahaan yang jaya di masa lampau dan gagal untuk relevan di zaman sekarang. Terlindas zaman.

Pesan yang saya terima hari ini mengingatkan pada tulisan saya di awal bulan Desember 2018 sewaktu berkunjung ke kantor BBM di menara Senayan City.

Saat itu saya menangkap semangat BBM untuk berkonsolidasi dan tumbuh dengan agresif dan berharap momentum positif untuk kembali merajai layanan messaging Tanah Air. Sayang seribu sayang, momentum itu gagal didapat dan rupanya itu kesempatan terakhir.

Dari keputusan ini, yang bisa bernafas lega mungkin DANA, layanan fintek yang sebelumnya ditanam di dalam BBM. Setidaknya mereka sedang membuat momentum untuk bersaing dengan layanan kompetitor seperti GoPay atau OVO. Momentum dibuat dengan masa promo cashback yang sedang agresif.

Pascapenutupan BBM, DANA aku rasa sudah cukup pede untuk bersaing dengan aplikasi sendiri. Yang sedikit kerepotan mungkin Vidio.com yang kehilangan platform penting setelah BBM tidak lagi berkeliaran.

Saya sempat menjadi pengguna tradisional BBM dan kini lebih banyak memakai WhatsApp. Fakta bahwa saya sudah memasang aplikasi BBM di ponsel dan dalam beberapa bulan terakhir tidak ada percakapan yang dibuat satu pun membuktikan bahwa lingkar pertemanan saya tidak lagi atau berminat memakai.

Yang berharga mungkin insight mereka soal pelanggan lama yang berpindah platform. Kalau kita bisa baca, tentu menjadi pengetahuan yang sangat berharga untuk semua.

Satu lagi, kepergian BBM juga akan menimbulkan pertanyaan bagi PT Blackberry Merah Putih selaku pemegang lisensi perangkat pintar. Penjualan mereka juga belum terlihat meyakinkan, sepanjang tahun 2018 saja tidak ada pengenalan produk baru. Apakah mereka tetap bertahan atau ikut lempar handuk?

 

Sungguh hari yang dipenuhi tanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *