Pada tanggal 3 Mei lalu, saya berkesempatan untuk menjadi pembicara dalam acara ulang tahun kelima Kompas Corner, salah satu inisiatif yang digelar oleh tempat saya bekerja untuk menggalang kolaborasi dengan anak muda, yang bertempat di kampus Universitas Multimedia Nusantara. Materi yang saya berikan tidak jauh dengan yang saya lakukan setiap hari yakni media sosial. Tema yang diambil adalah “Media Sosial dan Pentingnya Medium yang Kredibel” yang dibawakan pada sesi kedua hari kedua yakni pada hari Kamis pukul 13.00.

Pada dasarnya, apa yang saya bagi hari itu terkait soal peran media sosial yang makin penting di tengah kehidupan masyarakat modern. Masyarakat yang terikat hidupnya (tangannya) dengan gawai seperti ponsel pintar. Ponsel pintar memungkinkan mereka terhubung dengan rekannya maupun jejaring sosial berkat koneksi data.
Selama sesi sebagai pembicara, saya menegaskan bahwa ini adalah fenomena yang akan sulit dibendung dan diperkirakan bakal mengubah bagaimana bisnis dijalankan, dan bagaimana sebuah merek atau individu atau lembaga dalam berinteraksi dengan orang lain.
Bagi saya, media sosial haruslah dikenali karakteristiknya agar bisa dimanfaatkan sebaik mungkin untuk tujuan yang menguntungkan misi pribadi atau organisasi. Pengetahuan itu akan menentukan bagaimana pesan dieksekusi melalui media sosial.

Karena salah satu no-no yang sebaiknya kita patuhi adalah memposting konten yang sama ke beberapa penyedia layanan media sosial secara bersamaan dan tanpa ada modifikasi sedikit pun. Selain malas, itu juga berpotensi membuyarkan pesan yang akan diterima para pembaca. Pesan lain yang saya lontarkan adalah perlunya berhati-hati karena segala aktivitas digital kita akan selalu tercatat, baik oleh penyedia layanan atau orang yang bisa menggali rekaman tersebut untuk diunggah kembali.
Teks yang kita unggah di media sosial di suatu waktu bisa muncul kembali di waktu lain dengan konteks yang jauh berbeda. Itulah kenapa kita harus berhati-hati saat berlaku di media sosial, terlebih saat mewakili entitas sebuah organisasi. Menyambut tahun 2019, saya rasa hal ini akan disadari banyak pihak baik secara baik maupun tidak.
Kebetulan saya membuat presentasi melalui layanan Canva, layanan desain yang saya rekomendasikan. Suatu hari akan saya buat tulisannya secara khusus. Anyway, kembali lagi, saya embed-kan di bawah, semoga bisa dinikmati. Kalau memang membantu ya syukurlah.
Rampung sesi tanya jawab, peserta masuk ke sesi lokakarya di mana mereka membuat konten instagram berasal dari edisi koran Kompas yang ada di dalam tas peserta. Metode ini sengaja saya pilih agar memberi kesempatan untuk simulasi mengenai produksi konten media sosial yang memang harus didiskusikan dan dipersiapkan dengan baik. Prosesnya berjalan cukup menyenangkan, dari 20 peserta yang hadir di ruang kelas ini dibagi menjadi 5 kelompok dan mereka memanfaatkan segala fitur yang disediakan oleh Instagram seperti post maupun Instastories.


Salah satu pemandangan saat lokakarya di acara HUT kelima Kompas Corner berlangsung, Kamis (3/5/2018). Peserta membuat postingan instagram berdasarkan koran Kompas yang mereka dapatkan sejak awal.
Dari lima postingan yang diunggah, tujuan saya bukanlah mencari yang terbaik (meski tetap harus memilih satu di antara mereka). Tapi menjadi kesempatan untuk memberi panduan secara teknis mengenai pemanfaatan instagram, lagi-lagi soal memahami karakteristik dari media sosial yang dipakai. Dengan cara ini diharapkan para peserta bisa mendapatkan pemahaman yang lebih mengena dan diingat ketimbang cuap-cuap saya beberapa saat sebelumnya.
Ini adalah pengalaman menjadi pembicara yang saya catat dalam blog ini. Semoga ada kesempatan berikutnya yang bisa dituliskan.