Seluruh cerita dari serial The Falcon and the Winter Soldier menurut saya adalah sebuah penjelasan dari bagian akhir dari film Avengers: Endgame saat Steve Rogers yang sudah sepuh menyerahkan perisai Vibranium ke Sam Wilson alias The Falcon dan disaksikan Bucky Barnes alias Winter Soldier. Ini adalah proses transisi tokoh pahlawan super yang sukses dari Marvel Cinematic Universe dan dipastikan bakal menjadi preseden untuk kejadian serupa di masa mendatang.

Perhatian, mengandung spoiler cerita. Hindari tulisan ini bila terganggu
Baru saja menyelesaikan episode keenam dari “The Falcon and the Winter Soldier” dan saya butuh beberapa hari untuk merenung dan membiarkan ceritanya mengendap sebelum menulis blog ini. Di linimasa media sosial, memang muncul keluhan bahwa akhir serial ini tidak menghadirkan klimaks seperti ekspektasi awal.

Dibandingkan Wandavision yang hanya berkutat di Westview tapi bisa menghadirkan episode pamungkas yang cukup klimaks, klimaks itu tidak ditemui pada episode terakhir TFATWS. Tapi menurut saya, justru menjadi klimaks setelah saya menghubungkannya dengan adegan akhir dari Avengers: Endgame yang ditulis pada alinea sebelumnya.
Bagi saya, seluruh plot dari TFATWS ini adalah “bagaimana melahirkan kembali Captain America setelah Steve Rogers memutuskan untuk pensiun dan menghabiskan hari tua bersama Peggy Carter”. Plot tersebut untuk menjawab “cara memperkenalkan Sam Wilson sebagai Captain America yang baru” dan memang tidak mudah karena beberapa hal.

Pergantian tokoh di MCU belum pernah terjadi sebelumnya, ganti aktor itu terjadi, tapi sekadar memperkenalkan bahwa misalkan Hulk bukan lagi Bruce Banner itu belum pernah terjadi. Berbeda dengan komik yang usianya jauh lebih lama dan punya ruang kreativitas dan apresiasi yang lebih luas memungkinkan sosok superhero yang dilakoni sejumlah tokoh. Audiens komik relatif sudah terbiasa dengan hal ini, audiens film? Inilah tantangannya.
Masalah kedua yang tidak kalah menantang: menyerahkan tongkat estafet dari Captain America dari Steve Rogers yang berkulit putih, rambut pirang dan bermata biru kepada Sam Wilson yang berkulit gelap harus diakui memiliki tantangan tersendiri. Setidaknya itu yang saya yakini sewaktu menonton Avengers: Endgame. Saya pun sempat bergumam dalam hati “Bagaimana caranya memperkenalkan Sam Wilson sebagai Captain America setelah penonton sekian lama sudah akrab dengan sosok Steve Rogers berikut ciri-ciri fisiknya?”
Saya bersyukur pertanyaan tersebut terjawab pada episode keenam dari TFATWS, detail tambahan yang menjadi fan service ada pada bagian akhir dari episode tersebut sewaktu title judul berubah menjadi Captain America and the Winter Soldier. Transisi tokoh berhasil dilakukan dan mereka siap untuk move on untuk proyek selanjutnya dengan Sam Wilson.
Menjadi Captain America
Bagi saya, seluruh plot dari serial TFATWS meliputi relasi Sam dan Bucky dari konflik menjadi bersahabat, Flag Smashers, John Walker, Baron Zemo serta Sharon Carter dan Madripoor adalah perangkat untuk memberikan edukasi kepada penonton mengenai “apa yang membuat seseorang itu menjadi Captain America”.

Kita melihat dari awal episode yang menggambarkan konflik batin yang dihadapi oleh Sam sembari memegang perisai Captain America. Dia memang mendapatkan amanat langsung dari Steve tapi muncul keraguan bahwa dia tidak akan bisa mengisi posisi Captain America yang sudah kosong.
Dari sanalah konflik mulai berputar mulai perseteruan dengan Bucky yang menentang ide Sam untuk menyerahkan perisai itu kepada Pemerintah AS sementara dia sendiri juga bergulat dengan trauma masa lalu sebagai Winter Soldier.

Keputusan Sam memiliki konsekuensi tampilnya tokoh John Walker sebagai pengganti Captain America. Memiliki ciri-ciri fisik yang sama (rambut pirang dan kulit putih) John juga seorang patriot yang dibuktikan dengan sejumlah penghargaan yang dia terima. Sekilas, sosok John ini adalah gambaran ideal karena begitu pula Steve yang berasal dari latar belakang prajurit.
Munculnya tokoh Flag Smasher dan serum Super Soldier memaksa Sam untuk mempertanyakan kembali keputusannya. Tokoh Baron Zemo hadir secara strategis untuk berperan sebagai “Devil’s Advocate” yang mengajak tokoh (dan penonton) untuk mempertanyakan kembali makna dari serum tersebut yang tidak otomatis memunculkan Steve Rogers-Steve Rogers selanjutnya.
Hal itu harus diilustrasikan secara tragis oleh karakter John yang mendapatkan ketenaran karena didapuk sebagai Captain America yang baru tapi dia tidak bisa menjadi sosok yang sama seperti Steve Rogers hingga puncaknya pada episode kelima. Beruntung kita bisa melihat bahwa John akhirnya membuat penebusan pada episode penutup dari serial ini.
Sam sendiri masih harus bergulat dengan Impostor’s Syndrome di kepalanya. Dia merasa tidak layak untuk menggunakan perisai itu dengan segala ketakutan dan kekhawatirannya. Dan dia sangat sadar bahwa warna kulitnya juga membuat masalah makin rumit.

Di sinilah karakter Isaiah Bradley dihadirkan untuk memberi konteks mengenai menjadi seorang Captain America berkulit hitam. Isaiah hanya digambarkan sebagai penerima serum Super Soldier tapi pembaca komik akan segera sadar bahwa Isaiah sendiri punya sejarah panjang sebagai Captain America berkulit hitam meskipun juga berakhir dengan tragis.

Dari Isaiah, Sam ditantang untuk mempertanyakan kembali keraguannya akan seorang kulit hitam yang bisa menyandang perisai Captain America. Jalannya tidak mudah tapi itulah semangat yang dia warisi dari Steve Rogers.
Dalam enam episode, penonton diajak untuk memahami bahwa sosok Captain America bukanlah masalah fisik saja, kulit putih rambut pirang dan mata biru, apalagi memiliki serum Super Soldier di darahnya. Yang ditampilkan Steve lebih dalam dari itu, yakni percaya bahwa manusia bisa menjadi lebih baik.
Pergulatan batin Sam mencapai klimaksnya pada episode keenam saat dia akhirnya mau menerima amanat dari Steve. Dan episode keenam pun ditutup dengan penonton yang sudah menyaksikan Captain America yang baru, suka atau tidak.
Preseden
Format serial memang memudahkan Marvel untuk mengulik pengembangan karakter lebih leluasa lagi seperti TFATWS dengan Sam dan Bucky. Hal serupa juga sama dengan Wanda Maximoff melalui Wandavision.
Namun, tantangan yang menurut saya berhasil dilalui lewat serial TFATWS adalah menyerahkan tongkat estafet kepada tokoh lain. Captain America dari Steve Rogers ke Sam Wilson. Secara perlahan, audiens video akan teredukasi mengenai kekayaan dunia komik dengan berbagai tokohnya.
Salah satu yang cukup dinanti kan selanjutnya adalah Hawkeye, baru saja beredar kabar bahwa syuting serialnya sudah selesai dan kita bisa menantikan apakah akan ada transisi lagi sosok Hawkeye dari Clint Barton ke orang lain.

Atau bisa jadi ada arahan baru mengenai Young Avengers atau generasi baru dari superhero. Para tokohnya sudah cukup banyak diperkenalkan sepanjang serial Wandavision dan TFATWS. Ini adalah perkembangan yang layak dinantikan.
Dan Karli…
Aku ga punya komentar. Dia hanya jadi plot device saja. Nothing less.
Pergulatannya adalah batu pijakan bagi Sam untuk meneguhkan kredibilitasnya sebagai Captain America. Tanpa dia, tidak akan ada cara lain. Bayangkan saja, mengajukan kredit ke bank saja ditolak.