
Lebih tepatnya 99 persen isinya bokep sih.
Pornhub dan Pemerintah Republik Indonesia sebetulnya seperti tetangga yang perang dingin. Kenal iya, ngomong ogah. Menutup tahun 2019, keduanya harus bertemu lagi. Apakah Pornhub vs Pemerintah harus berdiri di posisi yang berseberangan? Apakah hal ini hanya bisa dilihat dengan kacamata hitam-putih?
Semua berawal dari unggahan tangkapan layar dari profil pengguna Pornhub yakni Kementerian Komunikasi dan Informatika. Iya, anda tidak salah baca, Kominfo punya akun Pornhub. Lebih pasti lagi, ada centang biru yang menandakan bahwa akun tersebut sudah terverifikasi.
Hal serupa lumrah terjadi, perwakilan pemerintah punya ekstensi di media sosial atau layanan internet lainnya. Twitter misalnya, sudah punya akun @kemkominfo yang berisi informasi terkait kegiatan menteri maupun diseminasi program kerja. Dengan punya akun Twitter, diharapkan para warganet yang berkepentingan dengan Kominfo bisa langsung menjangkau mereka dengan segera.
Itulah kenapa, sewaktu informasi bahwa Kominfo punya akun “verified” di Pornhub, muncul berbagai pertanyaan. Kenapa? Untuk apa? dan Siapa yang mengurus? Muncul kecurigaan, bisa jadi hal tersebut adalah persiapan untuk mengakomodasi layanan Pornhub untuk bisa kembali diakses pengguna internet di Tanah Air.
Iya, sudah sejak beberapa tahun lalu layanan Pornhub tidak bisa diakses bebas oleh para pengguna Indonesia, bersamaan dengan situs-situs lain yang terjaring Internet Sehat, sebuah inisiatif untuk memastikan pengguna internet Indonesia mendapatkan materi yang aman sesuai etika dan standar moral yang disepakati bersama.
Informasi soal akun Kominfo di Pornhub kian ramai setelah kementerian yang dinakhodai Johny G Plate ini membantah mengurus, memiliki, atau mengelola akun tersebut. Mereka bahkan mengklaim masih memblokir Pornhub dan berencana untuk mempermasalahkan pihak yang “mengerjai” mereka ke meja persidangan.
Sebagai penyedia video dewasa, Pornhub merupakan brand yang cukup kokoh pada dekade ini, menjadi bagian dari kebudayaan populer dari masyarakat modern karena relevan dengan gaya hidup mereka yang tergantung pada perangkat bergerak seperti ponsel pintar.
Tampilan antarmuka dari layanan ini terbilang mirip dengan penyedia video seperti Youtube. Begitu masuk, kita akan langsung disuguhi oleh konten-konten video yang diunggah pengguna lainnya dan ada juga yang disediakan oleh studio pembuat konten video dewasa.
Kita bisa mengakses secara gratis, tapi ada juga fitur premium. Apa saja yang ada di sana? Konten video eksklusif serta lebih lengkap dari versi gratisan yang didominasi potongan klip yang tidak utuh. Di sana sudah ada fungsi penapisan untuk memastikan tidak ada konten eksklusif yang bocor ke bagian gratis.
Kejadian ini menarik untuk diikuti, karena bila Pornhub salah memberi tanda terverifikasi, tentu akan jadi sebuah tamparan untuk mekanisme penyaringan para pengguna. Namun, bila kemudian ada pihak dari Kominfo (entah berdasarkan intruksi atau inisiatif pribadi) yang mengupayakan tanda centang, tentu akan mengundang lebih banyak pertanyaan yang menarik.
Dalam tautan berita di atas, pemerintah berencana membatasi VPN agar tidak bisa mengakali penapisan yang mereka gelar. Sementara Pornhub ternyata memiliki layanan VPN sendiri. Tentu juga menjadi pertanyaan yang tidak kalah menarik melihat bagaimana adu teknologi ini berlangsung.
Data
Namun, kali ini saya ingin berbagi soal Pornhub dari sisi lainnya: insight. Menjelang pergantian tahun, mereka rajin merilis laporan akhir tahun yang mengulas kebiasaan penggunanya. Bokep atau bukan, ini adalah data. Dan data apa pun akan bermanfaat dipakai untuk membaca subjeknya bila bisa ditampilkan dengan baik.

Kita mulai dari lalu lintas data yang dikelola oleh Pornhub. Dari sini bisa terlihat bahwa industri video dewasa bukanlah sesuatu yang main-main atau dilakukan di sebuah rumah kontrakan dan dikelola pengangguran menunggu panggilan wawancara kerja. Kita bisa melihat begitu besarnya data yang dikelola situs ini setiap saat, dan hal itu membutuhkan infrastruktur yang tidak main-main.
Beberapa angka yang mengejutkan (atau tidak, kalau membaca laporan tahun sebelumnya) terungkap dari pembuka laporan tahun ini. Mereka mengelola data sebesar 6.597 petabyte. Berapa banyak itu? 1 petabyte setara dengan 1.000.000 gigabyte, silakan hitung sendiri.
Setiap menit -sekali lagi, setiap menit- ada video-video yang durasi keseluruhannya 2,8 jam. Sepanjang tahun, Pornhub mengungkapkan ada 1,36 juta jam video yang diunggah ke sana.

1,36 juta jam itu setara dengan 169 tahun, melampaui rata-rata angka harapan hidup di dunia yang mencapai 71 tahun. Dengan kata lain, kalau kita ingin menonton seluruh video yang diunggah pada tahun 2019, artinya kita harus lahir pada tahun 1850 dan mendedikasikan setiap detik dari hidup untuk menontonnya dan panjang umur hingga akhir tahun 2019.
Boleh dibilang, pengguna internet makin betah menonton bokep. Itu tidak lepas dari rata-rata durasi kunjungan global yang naik 15 detik menjadi 10 menit 28 detik. Dan yang lebih menarik tentu durasi pengunjung perempuan yang juga naik hingga 23 detik.
Teknologi juga memainkan peran yang tidak kalah penting karena Pornhub sadar bahwa mereka besar bukan hanya karena menjadi tempat penampungan video dewasa, melainkan pengepul data, baik data pengguna maupun orang yang tampil di dalamnya. Itulah kenapa mereka sampai melibatkan kecerdasan buatan untuk membantu identifikasi orang-orang yang tampil di dalam video.
Dalam artikel tersebut, penggunaan teknologi “computer vision” tidak sebatas dipakai untuk mengenali para pemeran video, melainkan informasi lainnya seperti posisi yang digunakan maupun atribut lainnya. Kenapa hal ini penting? Karena data tersebut yang digali untuk dipakai bagi kebaikan para penggunanya.
Sebut saja seperti Facebook dengan algoritmanya, mereka memakainya sebagai alasan untuk memahami para pengguna lebih baik agar bisa menyodorkan rekomendasi yang paling ideal.


Di Pornhub, kita bisa memilih konten sesuai “fetish” atau selera kita. Ada yang suka konvensional, pemeran remaja, dewasa, pemeran kulit hitam, suasana kantor, diawali pijat memijat, luar ruangan, gaya misionaris, gaya doggie, hingga doyan dengan kaki. Dan percayalah ini hanya sejumput saja contohnya. Dari sinilah Pornhub berupaya untuk menghadirkan konten yang bisa dinikmati penggunanya sesuai selera mereka tanpa harus terguncang karena video lainnya.
Dan data yang terkumpul seperti inilah yang kemudian dirangkum, diolah, dan disajikan menjadi laporan akhir tahun yang memberikan insight bagi yang membutuhkan. Tentu saja langsung dilahap oleh media sebagai sesuatu yang unik atau sekadar pemancing tawa saja. Pun sama dengan potongan gambar dari laporan yang disebarkan ke linimasa media sosial sebagai pemantik diskusi (yang berakhir dengan candaan mesum).
Kecenderungan
Tidak hanya bercerita soal kemampuan data yang dikelola oleh Pornhub, laporan akhir tahun ini juga mengungkapkan tren perilaku pengguna mereka. Tentu tidak dimaksudkan sebagai upaya membocorkan data pribadi, melainkan memperlihatkan benang merah dari perilaku mereka.


Beberapa hal menarik seperti siapakah pemeran pria dan perempuan yang paling banyak dicari tahun 2019. Sesuai laporan, pemeran Lana Rhoades adalah pemeran perempuan yang paling dicari, sementara pemeran pria adalah Jordi El Nino Polla. Untuk topik ini, anomali terjadi pada tahun lalu saat nama pemeran senior Stormy Daniels yang muncul di pemuncak pencarian.

Bisa disimpulkan bahwa apa yang dicari oleh pengguna Pornhub mewakili tren keingintahuan dari para pengguna internet saat itu, berkelindan dengan fenomena politik kontemporer. Stormy Daniels tahun 2018 terseret ke pusaran skandal yang dituduhkan kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Pun sama dengan topik lain, dari pencarian seperti topik kebudayaan populer yakni video gim, bisa terlihat apa gim yang paling banyak dikenal sepanjang tahun. Bocoran: sama dengan tren saat ini yakni video genre Battle Royale seperti Overwatch dan Fortnite di posisi pertama dan kedua.


Receh? Bisa jadi. Tapi hasil tersebut bisa menjadi kesimpulan bahwa gim-gim tersebut adalah sesuatu yang sedang populer dimainkan sehingga mereka mencari konten alternatifnya di Pornhub.
Satu peta yang menarik adalah kategori yang paling banyak dicari di pengguna dari berbagai negara. Kita melihat ada kesamaan tren kategori “lesbian” pada Amerika utara, Amerika selatan, dan Australia. Begitu pula kategori “hentai” untuk negara Rusia. Butuh studi lanjutan untuk bisa mengungkap alasan kategori tersebut banyak ditik oleh pengguna dari negara-negara tersebut.


Peta ini perlu ditanggapi dengan skeptis karena negara seperti Indonesia memblokir Pornhub sementara mereka yang menggunakan layanan VPN akan dipantulkan ke negara lain sehingga tercantum sebagai pengguna bukan dari Indonesia.
Pornhub sampai menyajikan laporan lebih mendalam dari aktivitas di beberapa negara “pasar kunci” mereka seperti Belanda, Italia, Meksiko, Jepang, Rusia, India dan seterusnya. Ini adalah harta berharga bagi penyuka data, karena bisa menghasilkan insight berharga yang bisa dimanfaatkan untuk memicu penelitian lebih lanjut.

Misalkan: Mengapa hentai menjadi kategori yang paling banyak dicari nomor dua sepanjang tahun 2019? Adakah kaitan dengan frustasi akibat kondisi ekonomi atau sosial mereka?
Dan sebetulnya masih banyak lagi data-data yang bisa ditarik dari laporan akhir tahun Pornhub ini. Terlepas dari masalah yang muncul dengan pemerintah Indonesia, kita perlu mengapresiasi insight yang muncul dari laporan ini. Sedikit banyak, akan ada yang bisa kita ambil sebagai pelajaran, misalkan frasa “lesbische sforbiciata” itu artinya scissoring atau menggunting. Apa itu? Google saja sendiri.

Disclaimer: penulis bukan bekerja untuk Pornhub, termasuk menjadi pengguna layanan premium. Motivasi utama dari tulisan ini adalah mengupas sesuatu yang bermanfaat dari sesuatu yang terlanjur dicap mesum oleh kebanyakan orang.
Awesome post! Keep up the great work! 🙂