Path resmi ditutup setelah kabar menyebar sejak akhir pekan. Satu lagi platform harus berhenti digunakan, meski catatan saya untuk media sosial itu juga tidak kalah banyak.
14 September 2018
Saya pernah membuat artikel mengenai Path, media sosial yang saat itu mengambil pendekatan berbeda dari saingannya, Facebook atau Twitter. Bukannya membuka peluang untuk membangun relasi sebesar-besarnya, Path justru membatasi koneksi pertemanan hingga 150 orang saja.
Jumlah itu klop dengan Angka Dunbar, teori yang menyebutkan bahwa seorang manusia sebagai makhluk sosial rata-rata hanya bisa menjalin hubungan sosial dengan 150 orang saja, hubungan itu mulai kenal nama, kenal wajah, tahu detail kecil dari mereka, dan sebagainya.
Konsep ini unik, karena mengambil pendekatan berbeda dari Facebook dan Twitter yang menjadikan jumlah pertemanan atau jumlah pengikut sebagai penanda seberapa terkenal anda. Meski hingga kini patut diakui bahwa kita tidak benar-benar mengenal siapa teman kita di Facebook.
Artikel yang saya tulis untuk rubrik Teknotrika di e-paper Kompas Siang tanggal 20 Januari 2014 saat Path ramai dibahas sewaktu menerima pendanaan dari Bakrie Global Group yang mendorong beberapa teman yang kecewa lantas menghapus akun Path-nya. Saya menulis penuturan pengalaman beberapa pengguna Path yang kebetulan juga teman di Facebook (hae gess).
Dari penuturan mereka, Path memiliki pesona justru karena lingkar sosial yang eksklusif itu. Mereka lebih nyaman untuk mengunggah perasaan mereka dibandingkan Facebook yang lebih terbuka dan mereka tidak tahu siapa saja yang berteman.
Sayangnya mereka tidak tahu ada teknologi namanya screenshot. Mungkin masih ingat kasus mbak Flo di Yogya yang geger karena postingan di akun Path yang seharusnya privat menjadi publik.
Perpisahan
Jumat (14/9/2018) saya mendapati unggahan teman-teman soal perpisahan dari Path. Judulnya serem: THE LAST GOODBYE
Pesan itu merupakan post bersponsor dari (diduga) akun Path yang resmi. Isinya mengabarkan bahwa Path akan segera menghentikan operasinya. Mereka segera meminta pengguna yang pernah bertransaksi (beli sticker atau filter foto) untum segera berkunjung ke tautan yang dimaksud untuk mendapatkan pengembalian uang.
Gambar di atas saya dapatkan dari postingan teman di media sosial lain. Saya sudah beberapa bulan terakhir menghapus Path, bukan kenapa-kenapa, aplikasi itu ternyata sekian lama ada di ponsel tanpa sempat terbuka.
Entah kenapa, greget-nya sudah hilang.
Hingga tulisan ini saya buat, belum diketahui apakah Path memang benar-benar akan tutup, atau itu adalah trik pemasaran demi mendongkrak minat pengguna, atau itu adalah modus penipuan. Maaf saat ini belum ada kabar.
Postingan terakhir akun @Path di Twitter masih tertanggal 14 Mei 2018. Gelagat tidak baik dengan absennya kabar terbaru.
Explore has a new look with a new video feature. Explore more diverse and enjoyable contents on Explore Tab and discover something new for yourself! pic.twitter.com/pocxSNDyGp
— Path (@path) May 21, 2018
Sama halnya dengan akun pendiri Path, Dave Morin di @davemorin juga tidak menyebut soal itu. Beliau kelihatannya sedang intens menggarap isu kesehatan, postingan terakhir malah mengunggah video dari perhelatan Apple kemarin.
Tweet yang menjadi perbincangan dan bahan berita tertanggal 22 Maret 2018 berupa keinginannya untuk membangun Path kembali agar lebih baik. Dia membuka tangan bagi siapa saja yang ingin terlibat, tidak disangka jumlahnya cukup banyak.
https://twitter.com/davemorin/status/976624270477545472?s=19
UPDATE 15 SEPTEMBER 2018: Hingga kini belum ada kabar resmi dari Path. Saya mencomot gambar yang diunggah akun Path milik Adib Hidayat yang publik. Dia menyurati Path dan menanyakan hal ini, berhubung weekend, urusan tutup-tutupan ini harus menunggu.
UPDATE 16 SEPTEMBER: Bukan kabar resmi, tapi bisa jadi petunjuk bahwa kabar yang beredar tidak tepat…untuk saat ini. Saya mendapati di Facebook berupa post iklan lowongan pekerjaan sebagai fotografer untuk Path Indonesia.
Sedikit aneh memang melihat posisi yang ditawarkan, bisa jadi itu adalah sebuah sinyal bahwa mereka baik-baik saja.
Bisa jadi ini adalah strategi komunikasi untuk meningkatkan pembicaraan terkait media sosial Path. Dari Google Trends saja, Path sebagai media sosial memang melonjak setelah ada kabar tutup.
UPDATE 17 SEPTEMBER 2018 Akhirnya saya mendapatkan jawaban mengenai nasib Path, dan sikap resminya adalah… RESMI DITUTUP.
Kabar ini saya dapatkan saat mendapatkan kabar bahwa ada pembaharuan untuk aplikasi Path di Play Store. Dan rupanya itu kesempatan untuk memberikan kabar terakhir. Di sana ada URL yang bisa didatangi, di sanalah informasi lengkapnya.
Kita akan mengetahui fase penghentian operasinya secara bertahap.
Singkat cerita, 18 Oktober adalah hari terakhir kita semua bisa mengakses Path.
Matinya cinta
Kembali lagi ke masalah utama. Jadi, apa masalahnya? Apa yang membuat saya kehilangan minat terhadap Path? Mungkin justru karena Path beranjak dari karakter yang semula dan malah bergerak untuk menyamai Facebook.
Diawali dengan berubahnya jumlah batas pertemanan menjadi 500 orang, diikuti akun publik, masuknya iklan, dan sebagainya. Sebagian itu penting, harus saya akui, seperti iklan, tapi akun publik, fitur discovery yang membuat setiap akun berpotensi untuk dilihat akun asing menurut saya justru membuyarkan apa yang seharusnya menjadi keunggulan Path.
Tapi itu kata saya, saya tahu ada beberapa teman yang rutin mengunggah detail kehidupan mereka di Path dan khusus di Path, mungkin sudah nyaman dengan lingkar sosial di sana yang tidak rese’
Saya tidak bisa membayangkan kesedihan yang harus dialami saat Path bila benar-benar tutup. Saya tidak bisa membayangkan karena…mungkin saya tidak akan sedih sama sekali.
Kalau memang ini episode terakhir, selamat tinggal!
Hai. Kami. Sangat menyukai Postingan anda sangat membantu untuk Kami semua para pecinta Berita Berita